Kamis, 15 Januari 2009

Sejarah Dugem di Kota Yogyakarta

Oleh NofaLiata

Suasana Kota Yogyakarta memang terus berubah dari waktu ke waktu. Begitupula sarana hiburan bagi masyarakat Yogyakarta juga turut berkembang. Masyarakat Yogyakarta tentunya tidak asing dengan Purawisata. Purawisata terletak di Jalan Brigjend Katamso Yogyakarta, tepatnya sebelah timur Kraton Yogyakarta. Tempat hiburan ini diciptakan sedemikian rupa hingga memungkinkan orang untuk memperoleh berbagai macam hiburan yang dapat membawa suasana Bari bagi masyarakat Yogyakarta. Tarian yang disajikan pada panggung terbuka di Purawisata Venetians malam tertentu sejak tahun 1975. Dengan kapasitas 600 tempat duduk, para penonton dapat menikmati kisah romantika tragedy dari Rama dan Sinta yang menceritakan pertarungan antara kebaikan dengan kejahatan. Disamping itu, Purawisata juga terkenal dengan Pentasan Dangdut yang notabene sudat melekat sebagai musik rakyat, tapi akhir-akhir ini entah mengapa pentas-pentas Dangdut tidak banyak mendapatkan respon dari masyarakat khususnya kalangan anak muda Seakan-akan kehadiran Purawisata telah kalah pamor dengan hadirnya tempat hiburan malam yang semakin hari semakin marak seperti kafe diskotek atau klub malam.
keberadaan Purawisata yang memberikan image pentas Dangdut sangatlah lain dengan keberadaan tempat hiburan malam seperti cafe, atau diskotik yang sebenarnya sudah hadir di Yogyakarta sejak tahun 1980-an. Sekitar tahun 1982 sebuah pusat hiburan publik tempat bilyard dan diskotek Crazy Horse adalah salah satunya diskotik yang terkenal di Yogyakarta pada masa itu dan menjadi simbol dari gaya hidup generasi kaum muda.
Dalam tahun 1990-an kafe-kafe dan rumah makan menjadi amat populer sebagai tempat untuk mengisi waktu luang yang menggambarkan gaya dan cara hidup kaum muda Yogyakarta yang didominasi oleh mahasiswa. Saat ini setidaknya sudah hadir beberapa diskotik dan kafe yang ramai dikunjungi sebahagian mahasiswa setiap malamnya. Di kawasan Jl. Magelang paling tidak yang dijumpai penulis ada Bosche Vvip Club, Jogja-Jogja Rumah Musik, Java Cafe, bunker cafe, The CLUB Concert Cafe, kemudian di sepanjang Jalan Solo ada ‘TJ’ Extraordinary, Hugo’S Cafe, Soda Lounge, Caesar Cafe, Gudang Musik (sudah tutup sekarang), kemudian di Jalan Malioboro ada Republik, Papillon Clubbing Music & Cafeint di Jl. Mayor Suryotomo, dan masih banyak lagi. Masing-masing kafe menawarkan kemasan acara yang unik dan menarik, dari mengemas acara khusus untuk mahasiswa atau khusus untuk pelajar, mendatangkan DJ (Disc Jockey) yang terkenal atraktif, menghadirkan grup-grup musik, mengadakan kontes dance, sampai pada pemilihan putri favorit kafe dan lain-lanya. Dengan menjamurnya kafe, muncul pula fenomena clubbing yang cukup marak awal tahun 2000-an, dimana kafe selalu menjadi tempat nongkrong mereka.
Sekarang ini pada tahun 2008 fenomena seperti ini terus masih mewarnai hiru-pikuk kota Yogyakarta, bahkan kontes dance dan sexy dancer dengan kostum celana minim diatas pahak dan baju pas badan tampa lengan tidak hanya di temukan di dalam ruangan diskotik, melaikan di tempat-tempat umum bisa ditemukan juga misalnya di mall atau di pertunjukan ruang pablik sekarang ini tidak menjadi masalah lagi. Begitu juga dengan keberadaan cafe-cafe dadakan non-house music alias ada moment ada cafe, dengan pelayanan cewek cantik dan pria ganteng siap melayani pengunjung yang sekilas terlihat kaya, bisa jadi juga pungunjung kaya dalam arti yang sesungguhnya.